MAKNA IMAN TANPA PERBUATAN PADA HAKEKATNYA MATI DALAM SURAT YAKOBUS 2:14-26

 


MAKNA IMAN TANPA PERBUATAN PADA HAKEKATNYA MATI DALAM SURAT YAKOBUS 2:14-26

 

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Perbedaan pandangan mengenai iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan sudahlah ada sejak zaman dulu.[1] Pada satu pihak ada orang yang mengatakan bahwa yang terutama di dalam kehidupan seorang Kristen adalah iman. Iman itulah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Seadngkan, pada pihak yang lain ada yang mengatakan bahwa iman saja tidak cukup, dimana harus disertai dengan perbuatan karena tanpa perbuatan iman itu tidak berguna. Jadi, apakah perbuatan juga menentukan seseorang itu selamat atau tidak?

Perbedaan pandangan mengenai hal diatas, terlihat jelas pada masa Martin Luther, dimana karena padangan itulah mendorong dirinya untuk mengadakan reformasi yang radikal terhadap Gereja Roma Katolik pada masanya. Luther mempunyai pemahaman serta keyakinan bahwa manusia diselamatkan hannnya karena iman bukan karena perbuatan. Keyakinan Luther itu muncul ketika ia berjuang keras untuk berbuat baik sesuai dengan kemampuannya, namun gagal dan juga didukkung oleh penelitian yang dilakukannya terhadap tulisan-tulisan Agustinus, selain itu Luther juga mempelajari surat-surat Paulus (khususnya Surat Paulus kepada jemaat “Roma 1:16-17”) serta ia juga mempunyai penafsiran tersendiri mengenai keadilan Allah. Dari hal ini Luther semakin yakin bahwa manusia diselamatkan hanya karena anugerah Allah dan bukan karena manusia (melalui perbuatan).[2] Luther menentang ajaran Gereja Roma Katolik yang menekankan pentingnya perbuatan dengan mematuhi setiap hukum, baik itu hukum Tuhan maupun peraturan yang dikeluarkan oleh Paus. Bagi Luther, seorang Kristen bebas dari semuanya dan atas seluruhnya di tidak membuktikan suatu perbuatan untuk menjadikan dia benar dan menyelamatkannya karena hanya iman saja yang bisa menyelamatkan manusia.[3]

Pertentangan diantara iman dan perbuatan sesungguhnya diakibatkan oleh ketidak mengertian bayak orang akan akan kasih karunia dan Hukum Taurat. Pandangan bahwa iman tidak cukup atau iman harus sejajar dengan dengan perbuatan benar-benar telah mengabaikan apa yang Firman Tuhan katakana tentang keduanya. Seharusnya memahami iman dan perbuatan yang terjadi didalam kehdiupan kekristenan yang sejati harus dengan standar Firman Tuhan. Kehidupan percaya harus bertolak dari iman itu dinaytakan melalui perbuatan. Jadi iman dan perbuatan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan saling melengkapi.

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalam-Nya (Efesus 2:8-10). Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab, barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6). Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:17).

Diselamatkan oleh anugerah adalah suatu konsep dalam teologi Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan manusia adalah pemberian Allah semata. Dalam konsep ini, keselamatan manusia tidak ditentukan oleh perbuatan yang dilakukannya, melainkan berdasarkan anugerah dari Allah yang diterima melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat. Keselamatan itu bukan karena pekerjaan atau perbuatan manusia melainkan anugerah dari Allah.[4]

Dalam Alkitab jelas dikatakan bahwa manusia yang berdosa telah diselamatkan dengan Cuma-Cuma yaitu melalui anugerah (Roma 5:16). Jadi dasar pembenaran adalah kematian Kristus, dan pembenaran itu hanya diperoleh melalui iman.[5] Dalam hal ini manusia harus merespon anugerah Allah itu dalam dirinya sendiri melalui iman. Jadi, dapat disimpulkan bawa keselamatan itu diperoleh “karena anugerah oleh iman”, dalam Efesus 2:8 diakatkan bahwa “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oelh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil usahamu jangan ada yang memegahkan diri. Artinya jangan menyangka pekerjaan yang dialkukan oelh seseoranga dalah suatu jasa, melainkan hanya kasih karunia. Dalam roma 3:21-22 diaktakan bahwa manusia dapat dibenarkan di dalam penghakiman Allah, haruslah memiliki kebanaran Allah karena iman di dalam Kristus Yesus. Kebenaran dari Allah diberikan didalam Kristus karena iman, dan iman adalah unsur penting dalam pengorbanan-Nya yang mendatangkan penebuasan dosa.[6]

Namun dalam Yakobus 2:14-26 menyatakan, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal tidak mempunyai perbuatan, dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (14), juga dilanjutkan “Bukankah Abraham bapa kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (21). Dalam surat Yakobus jelas dikatakan bahwa iman yang tidak disertai dengan tindakan adalah iman yang mati (Yakobus 2:17). Iman yang hidup inilah yang diperoleh karena kasih karunia Allah, yang dapat menyelamatkan manusia (bdk Efesus 2:8- 10); Titus 3:5-8; Yakobus 2:14-26), dengan demikian jika ingin diselamatkan haruslah memiliki iman yang hidup, yaitu iman yang dinyatakan dengan perbuatan baik/kasih.

Yang menjadi masalah adalah apakah dalam Surat Yakobus mengajarkan keselamatan oleh iman atau perbuatan? Atau keselamatan oleh iman atau perbuatan? Apakah asal beriman saja tidak perduli moralnya baik atau jahat? Apakah Surat Yakobus bermaksud menambahkan syarat lain yaitu perbuatan ketika dituliskan mengenai “Bukankah Abraham bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya diatas mezbah? (Yakobus 2:21).

Keselamatan adalah anugerah Allah dan manusia hanya dapat menerima keselamatan hanya melalui iman, bukan karena perbuatan. Ketika manusia sudah menerima keselamatan, haruslah mengerjakannnya didalam kehidupan melaui perbuatan yang manusia lakukan dan kerjakan. Manusia tidak dapat diselamatkan melaui perbuatan, tetapi perbuatan-perbuatan itu merupakan tanda apakah iman itu benar-benar hidup dalam diri seseorang.[7] Bila seseorang betul-betul beriman maka imannya itu akan menghasilkan perbuatan-perbuatan baik. Jika seseorang mengatakan dia beriman tetapi tidak dibuktikan melalui perbuatan maka itu bukanlah iman yang sejati, melainkan hanya iman di mulut saja dan iman seperti itu tidaklah iman yang menyelamatkan.

Dalam Surat Yakobus tidak bermaksud untuk membedakan antara iman dan perbuatan; yang dubedakan adalah antara iman yang disertai perbuatan dan iman yang tidak disertai perbuatan. Kehidupan orang percaya harus bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, artinya orang percaya harus hidup oleh iman. Iman itu dinyatakan melalui perbuatan. Jadi iman dan perbuatan itu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan saling melengkapi. Relasi antara iman dan perbuatan baik merupakan suatu hal yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Iman tanpa perbuatan adalah mati, sedangkan perbuatan tanpa yang tidak berdasarkan iman adalah dosa. Iman dan perbuatan sangatlah erat hubungannya dengan penyelamatan, pembenaran dan pengudusan. Melalui iman dan perbuatan orang percaya diselamatkan, dibenarkan dan dikuduskan. Keselamatan adalah anugerah Allah dan manusia hanya dapat menerima keselamatan dari Allah hanya melalui iman, bikan kerena perbuatan.

Ketika manusia sudah menerima keselamatan, haruslah manusia mengerjakan keselamatan itu didalam kehidupan melalui perbuatan-perbuatan yang manusia harus kerjakan dan lakukan. Jika manusia tidak aktif mengerjakan keselamatan, itu menujukkan bahwa iman yang diakauinya itu adalah iman yang mati (hanya dimulut saja) hal ini menunjukkan bahwa seseorang belum sungguh-sungguh mengalami keselamatan.

Jika seseorang memiliki iman yang sejati, maka itu akan terlihat dari sikap hidup dan perbuatannya. Dan dalam Surat Yakobus dikatakan Iman tanpa Perbuatan hakekatnya adalah mati, mati disini bukanlah mati secara harafiah, tetapi menggambarkan iman dan perbuatan itu adalah satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisahkan.[8] Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih detail lagi, mengapa sampai penulis Surat Yakobus menuliskan hal demikian.

 

 

 

IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah adalah keputusan pilihan (fokus) terhadap maslah- masalah yang telah dijelaskan dilatar belakang masalah.[9] Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi pokok permasalah yang ada yaitu sebagai berikut:

Pertama, iman merupakan kunci utama untuk menerima keselamatan.

Kedua, setiap orang beriman haruslah membuktikannya melalui tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan melainkan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

 

BATASAN MASALAH

Batasan masalah adalah ruang lingkup yang menjelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi masalah dan dirimuskan secara jelas dan tepat.[10]

Makna iman tanpa perbuatan pada hekekatnya mati dalam Surat Yakobus sangatlah luas, oleh sebab itu penulis membatasi penulisan yaitu hal penting menyangkut judul yang akan dibahas yaitu:

Pertama, bagaimana iman tanpa perbuatan

Kedua, maksud kata mati dalam Surat Yakobus

 

RUMUSAN MASALAH

Rumus masalah adalah pertanyaan yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Masalah yang diteliti harus diteliti dan harus dilaporkan dengan jelas.[11]

Pertama, bagaimana latar belakang belakang Surat Yakobus?

Kedua, apa pengertian iman?

Ketiga, apa pengertian perbuatan?

Keempat, apa saja jenis-jenis iman?

Kelima, apa tujuan beriman?

Keenam, apa maksud iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati?

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan mengacu pada rumusan masalah penelitian. Tujuan kajian tersebut untuk menjelaskan sasaran atau gagasan umum diadakannya suatu penelitian, sehingga daftar pertanyaaan dalam rumusan masalah diubah menjadi bentuk penyataan. Hal ini ditulis untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan.[12] Untuk mencapai hal tersebut, maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut:

Pertama, untuk mengetahui latar belakang Surat Yakobus.

 

Kedua, untuk mengetahui pengertian iman secara umum.

 

Ketiga, untuk mengetahui pengertian iman dalam Surat Yakobus.

 

Keempat, untuk menjelaskan jenis-jenis iman.

 

Kelima, untuk mengetahui tujuan beriman.

 

Keenam, untuk menganalisa maksud dari iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati dalam Surat Yakobus 2:14-26.

 

 

KEGUNAAN HASIL PENULISAN

Kegunaan hasil penulisan mencakup dua aspek utama, yaitu secara teoritis sebagai sumbangan bagis ilmu pengetahuan dan manfaat secara praktis sebagai sumbangan yang dapat diberikan kepada penerapan ilmu pengetahuan baik kepada pribadi institusi ataupun masyarakat secara luas.[13]

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

Secara Teoritis

Pertama, untuk memberikan kontribusi bagi bidang teologi khususnya pengetahuan tentang iman dan perbuatan didalam Surat Yakobus

Kedua, bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi dapat dijadikan sebagai rujukan, agar dapat memahami tentang iman dan perbuatan dengan baik.

 

Secara Praktis

Pertama, bagi penulis sendiri untuk menjadi bahan pembelajaran pribadi khususnya mengetahui makna iman dan perbuatan.

Kedua, bagi gereja-gerja untuk menjadi bahan pembelajaran ketika  berkhotbah bahwa iman dan perbuatan tidak dapat terpisahka (suatu kesatuan).

 

DEFINISI ISTILAH

A.    Pengertian Iman

a.      KBBI

Iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama); keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin.[14]

b.      Kitab Ibrani

Menurut Ibrani 11:1 “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita tidak lihat. Kesimpulan dari pengertian iman menurut Kitab Ibrani iman adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat tapi bisa dipercayai.[15]

c.       Perjanjian Lama

Di dalam Perjanjian Lama, iman berasal dari kata aman yang berarti “memegang teguh”. Kata ibi dapat muncul dalam bentuk yang bermacam-macam, bisa dikatakan “memegang teguh pada janji seseorang” karena janji itu dianggap teguh atau kuat sehingga dapat dipercaya. Jika diterapkan pada Allah, maka kata iman berarti bahwa Allah harus dianggap sebagai yang teguh atau yang kuat. Manusia harus percaya kepada-Nya berarti harus meyakini bahwa Allah adalah kuat dan teguh.[16]

d.      Calvinis

Iman adalah pengetahuan akan Allah, suatu pengetahuan yang teguh dan pasti akan kasih setia Allah terhadap kita dengan didasarkan pada kebanaran tentang janji yang diberikan secara bebas didalam Kristus. Iman adalah memperoleh dan mempergunakan manfaat-manfaat dari Kristus dan karya-Nya.[17]

 

B.     Pengertian Perbuatan

a.      KBBI

Adalah sesuatu yang diperbuat (dilakukan); tindakan; kelakuan; tingkah laku; bisa dikatakan usaha.[18]

 

b.      Kamus Alkitab

Adalah jawaban manusia atas anugerah Allah oleh perbuatan baik.[19]

 

C.    Pengertian Mati

Adalah sudah hilang nyawanya; tidka hidup lagi; mati juga bisa dikatakan rohnya terpisah.[20]

 

D.    Jenis Iman

Dalam Alkitab tidak selalu membicarakan iman dalam pengertian yang sama. Louis Berkhof membagi empat jenis iman sebagai berikut.[21]

a.      Iman Historis

Iman ini sepenuhnya merupakan penerimaan atas kebenaran , tanpa memperhatikan tjuan moral maupun spiritrual. Iman ini mungkin akibat dari suatu tradisi, pendidikan, pendapat umum, atau suatu kekaguman atas kebearan Allah, yang disertai dengan tindakan umum Roh Kudus.

b.      Iman Mujizat

Suatu kepercayaan yang ada di dalam pikiran seseorang bahwa mujizat akan dapat dilakukan atau dilakukan atas namanya. Manusia tampil hanya sekedar sebagai alat Tuhan atau sebagai seorang yang mengumumkan bahwa Tuhan akan mengerjakan mujizat.

c.       Iman Sementara

Kepercayaan terhadap kebenaran agama yang disertai dengan tuntunan hati nurani dan pengaruh persaan, tetapi tidak berakar dalam hati (Matius 13: 20, 21). Disebut sebagai iman sementara sebab tidak permanen dan gagal mempertahankan diri pada saat mengalami pencobaan dan kesulitan.

d.      Iman yang Benar dan Menyelamatkan

Iman yang benar dan menyelamatkan adalah suatu iman yang memiliki kedudukan dalam hati dan berakar pada hidup yang telah mengalami kelahiran kembali. Iman ini pertama-tama bukan tindakan manusia akan tetapi suatu potensi yang disberikan oleh Tuhan dalam hati orang berdosa.

 



[1] Dr. Th. Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 20

[2] Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarat, BPK Gunung Mulia, 1997) 25

[3] Ibid 1, hal 171

[4] Jl. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab: Surat Efesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 57-58

[5] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru I, (Bandung: Yayasan KH, 1999), 201-202

[6] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 20007), 407

[7] Epigraphe: Jurnal teologi dan Pelayanan Kristiani, Volume 1, No. 2 (November 2017)

[8] Doreen widjana, Surat Yakobus (Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 2004), 51-53

[9] Harianto GP, Metodologi Kuantitatif (Surabaya: Sekolah Tinggi Brthany Surabaya, 2013), 81

[10] Zaenal Arifin, Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, (JJakarta: PT Grasindo, 2008)

[11] Sukanto,, Pendekatan Kuantitatif Unntuk Penelitian Keagamaan (Bandung: Enlightment Press, 2006

[12] Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2014)

[13] Gde Muninjaya, Langkah-Langkah Praktis Penyusunan Proposal dan Publikasi Ilmiah, (Jakarta: Buku Kesogteran EGC, 2003) 21

[14] Departemen Pendidikan NAsional KBBI, Ediisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013)

[15] Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru 1974 Lembaga Alkitab

[16] Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, (Jakarta: BPPK Gunung Mulia, 2005) 17

[17] Anthony A, Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya: Momentum, 2006)

[18] Departemen Pendidikan Nasional KBBI Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013)

[19] W.R.F. Browing, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPKK Gunung Mulia, 20007) 342

[20] Ibid 18

[21] Louis Berkhoof, Teologi Sistematika Vol 4: Doktrin Keselamatan, (Jakarta: LRII, 1997), 197

Posting Komentar

0 Komentar