BAB I
PENDAHULUAN
Amos adalah nabi pertama dalam Alkitab
yang dicatat secara terperinci. Ia berasal dari sebuah kota di Yehuda, tetapi
ia berkhotbah kepada orang-orang Israel di Kerajaan Utara, sekitar pertengahan
abad ke 8 sM. Pada masa itu banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan, dan
negeri Israel nampaknya damai. Namus, Amos melihat bahwa yang mengecap
kemakmuran hanyalah para hartawan yang memperkaya diri dengan hasil penindasan
dan ketidakadilan terhadap orang miskin
Orang-orang Israel menjalankan ibadah
dengan hati yang tidak tulus, dan
keadaan damai hanya tampak dari luar. Dengan berani dan penuh semangat, Amos
menyampaikan pesan bahwa Allah akan menghukum bangsa Israel. Amos menyerukan
agar keadilan “mengalir seperti air”. Ia berkata, “Mungkin Tuhan akan mengasihani orang-orang yang tersisa dari bangsa
Israel” (Am. 5:15)
Isi dari Kitab Amos secara singkat,
yaitu:
A.
Hukuman
atas negara-negara tetangga Israel (Am. 1:1-2:5)
B.
Hukuman
atas Israel (Am. 2:6-6:14)
C.
Lima
penglihatan (Am. 7:1-9:15)[1]
BAB II
PENGANTAR KEPADA KITAB
NABI-NABI
Nabi-nabi
dalam Perjanjian Lama adalah hamba-hamba Allah yang kerohaniaannya jauh lebih
tinggi daripada orang-orang sezamannya. Tidak ada kelompok apa pun dalam dunia
sastra yang digambarkan dengan lebih dramatis daripada nabi Perjanjian Lama.
Imam, hakim, raja, penasihat bijaksana, dan pemazmur masing-masing memiliki
tempat khusus daalam sejarah Israel, tetapi tak seorang pun di antara mereka
yang mencapai taraf para nabi atau yang tetap berpengaruh dalam sejarah
penebusan selanjutnya
Para
nabi mempunyai pengaruh utama dalam susunan Perjanjian Lama itu sendiri.
Kenyataan ini tampak dalam ketiga pembagian Alkitab Ibrani: Torah, Kitab Para
Nabi, dan tulisan-tulisan. Kelompok yang dikenal sebagai Kitab Para Nabi
tercakup enam kitab sejarah yang ditulis dengan perspektif nubuat: Yosua,
Hakim-Hakim, 1 & 2 Samuel, dan 1 & 2 Raja-Raja. Kemudian, terdapat ke
16 Kitab Nabi khusus yaitu Yesaya sampai Maleakhi. Jadi, dua pertiga dalam
Kitab Perjanjian Lama ditulis oleh para nabi.
Istilah
nabi dalam bahasa Ibrani yaitu Ro’eh, kata benda, berarti “pelihat”, menunjukkan
kemampuan khusus untuk melihat kenyataan rohani dan hal-hal masa depan. Nama
ini menganjur bahwa seorang nabi tidak ditipu oleh penampilan lahiriaah
sesuatu, tetapi ia melihat pokok persoalan sebagaimana adannya dari perspektif
Allah sendiri. Sebagai seorang pelihat nabi menerima mimpi, penglihatan dan
penyataan dari Allah yang memungkinkan dia menyampaikan realitas rohani kepada
umat Allah. Didalam Perjanjian Lama seorang nabi juga disebut sebagai abdi
Allah.
Seorang nabi bukan
sekadar pemimpin agama lain di dalam sejarah Ibrani, tetapi seorang yang
dirinya telah dimasuki dan dikuasai oleh Roh Allah dan Firman Allah (Yeh
37:1,4). Karena di dalam dirinya ada Roh dan Firman, nabi PL mempunyai tiga
ciri sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang dinyatakan secara ilahi. Seorang
nabi menerima pengetahuan yang diberi Allah mengenai orang, peristiwa, dan
kebenaran penebusan. Maksud utama pengetahuan ini ialah mendorong umat Allah
agar tetap setia kepada Allah dan perjanjian-Nya. Ciri khas nubuat PL yang menonjol
ialah bahwa kehendak Allah bagi umat-Nya dijelaskan melalui ajaran, teguran,
dan peringatan. Allah memakai para nabi untuk menyatakan hukuman-Nya sebelum
itu terjadi. Dari tanah sejarah gelap Israel dan Yehuda timbullah nubuat-nubuat
khusus tentang Mesias dan kerajaan Allah, serta ramalan aneka peristiwa dunia
di masa depan.
2) Kuasa yang diberikan secara ilahi. Para nabi
tertarik ke dalam lingkaran ajaib ketika dipenuhi dengan Roh Allah. Melalui
para nabi, kuasa dan hidup Allah ditunjukkan secara adikodrati di tengah-tengah
dunia yang pada umumnya tertutup bagi itu semua.
0 Komentar