Kontribusi Kaum Muda Remaja Dalam Gereja (Pembahasan & Penutup)

 BAB III

PEMBAHASAN

Peran Gereja Dalam Membangun Kaum Muda


      Setelah melihat bagaimana pengaruh globalisasi dalam diri kaum muda, pada bagian ini penulis akan melihat bagaimana peran Gereja dalam membangun kaum muda dari segala realita hidup yang mereka alami di tengah dunia yang serba modenitas ini. Gereja pertama-tama merupakan lembaga penanaman iman terhadap umat manusia. Gereja berperan untuk mengarahkan manusia dalam menghayati nilai-nilai iman mereka akan Tuhan. Dengan kata lain, Gereja menghantar manusia dalam persatuan dengan Allah melalui firman yang disampaikan kepada umat dan berbagai pembinaan lain yang pada umumnya menghantar umat ke dalam penemuan identitas mereka sebagai orang Kristen.

 Gereja sebagai wilayah nyata dalam membangun relasi manusia dengan Tuhan dan sesama, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan iman manusia. Demikian pula dalam kehidupan kaum muda, Gereja memiliki berperan untuk menghantar kaum muda dalam menemukan identitas mereka teristimewa identitas iman dan kekatolikan mereka yang hilang akibat pengaruh globalisasi. Peran Gereja dalam membangun kaum muda dapat kita lihat dari pesan Bapa Suci Paus Benediktus XVI pada Hari Pemuda Sedunia pada tahun 2006. Dalam pesannya kepada kaum muda, beliau mengatakan bahwa “sangatlah penting bahwa semua, kaum muda dalam komunitas, dan bersama dengan semua yang bertanggungjawab atas pendidikan, diharapkan bisa merenungkan tentang Sang Pelaku pokok sejarah keselamatan ini, yang disebut Roh Kudus atau Roh Yesus. Dengan cara ini, akan mampu mencapai pelbagai tujuan luhur berikut ini, yaitu: mengenal jati diri sejati Roh Kudus, khususnya dengan mendengarkan Sabda Allah dalam pewahyuan Kitab suci, menyadari dengan lebih terang kehadiran-Nya yang terus menerus dan aktif dalam hidup Gereja, khususnya ketika menemukan bahwa Roh Kudus adalah “jiwa” nafas hidup Kristen itu sendiri, melalui sakramen-sakramen inisiasi, antara lain: Baptis, Krisma, Ekaristi, menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih menggembirakan akan Yesus, dan serentak dengan itu, menjalankan Injil dalam tindakan nyata di fajar millennium III ini. Selain itu, Bapa Suci juga mengatakan bahwa “janganlah pernah lupa, bahwa Gereja, pada kenyataannya kemanusiaan itu sendiri, semua orang yang sekarang ada di sekitar, dan mereka yang menunggu di masa depan, berharap banyak pada, orang muda, karena memiliki di dalam diri, anugerah terluhur dari Allah, Roh Yesus.

 

Tujuan dan Upaya Pendampingan Pastoral Kaum Muda


       Dalam mendamping Kaum muda terhadap pastoral kaum muda, pertama-tama harus mengenal dan mengetahui apa tujuan pendampingan pastoral kaum muda. Salah satu tujuan pendampingan pastoral kaum muda adalah mencakup segala daya, budi, kehendak, perilaku dan seluruh hidup kaum muda. Melalui aspek-aspek ini, pendampingan pastoral kaum muda berusaha untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kaum muda dan mencoba mengarahkannya kepada situasi yang dapat menjamin kehidupan kaum muda di tengah perkembangan yang ada. Oleh karena itu, dalam pendampingan terhadap kaum muda ada tiga hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

Pertama: tujuan pendampingan bukan hanya sekadar menciptakan kaum muda mudi yang dapat melaksanakan sesuatu, tetapi juga mengetahui latar belakang pengetahuan kaum muda itu sendiri, karena hanya dengan cara demikian, kaum muda memiliki dorongan dan motivasi untuk mewujudkan pengetahuan mereka dalam tindakan nyata.

Kedua: pendampingan bukan hanya sekadar memuaskan keingintahuan, tetapi lebih pada pengembangan daya pikir, daya kreatif kaum muda itu sendiri.

Ketiga: pendampingan bukan hanya sekadar untuk membantu muda mudi bagaimana menjadi orang baik, tetapi bagaimana kaum muda itu sendiri sebagai harapan Gereja dan masyarakat menjadi orang yang mampu untuk berperan bagi kemajuan masyarakat dan Gereja.

Pendekatan Untuk Kaum Muda

1. Pendekatan Ekshortatif
      Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang mencoba mengarahkan kaum muda melalui cara-cara yang bersifat sederhana, misalnya para muda mudi dikumpulkan, kemudian diberi instruksi, pengarahan, dan nasihat melalui khotbah tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri, kebersamaan dan peran mereka dalam masyarakat. Namun, kelemahan pendekatan ini adalah bahwa kadang-kadang bentuk pendampingan yang dilakukan kerapkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kaum muda itu sendiri. Singkatnya, pendekatan seperti ini agak sulit untuk diterapkan kepada kaum muda.


2. Pendekatan Ilmiah


   Melalui pendekatan ilmiah, segala jenis ilmu pengetahuan, informasi, teori dan hasil penelitian di bidang pengembangan diri, kebersamaan dan peran mereka dalam masyarakat disampaikan kepada kaum muda. Tetapi, di satu pihak pendekatan ini dikatakan baik sejauh memberikan informasi kepada kaum muda secara jelas, dan di lain pihak, pendekatan ini hanya dapat menghasilkan kaum muda yang “tahu” tetapi belum tentu “mampu” mempraktekkan apa yang mereka terima dari pendampingan itu dengan segala macam teori pengetahuan yang diberikan kepada mereka.

3. Pendekatan Terjun Langsung


Pendekatan ini merupakan pendekatan yang berusaha untuk menerjunkan secara langsung kaum muda di lapangan untuk mengalami realitas kehidupan yang sesungguhnya. Dilihat dari teorinya, pendekatan ini cukup baik, tetapi dalam kenyataannya pendekatan ini mempunyai kelemahan karena melalui pendekatan ini, kaum muda tidak diberi pengarahan, instruksi atau perefleksian dari apa yang mereka lihat di lapangan. Mereka hanya diharapkan untuk turun ke lapangan. Akibatnya, mereka berada dalam situasi kebebasan tanpa ada orang yang mengontrol mereka.

BAB IV

PENUTUP

1.      KESIMPULAN

Gereja adalah tubuh Kristus yang saling melengkapi dan saling membangun untuk mencapai suatu tujuan dan percaya kepada Yesus Kristus. Dalam gereja tidaklah terlepas dari pengajaran, pendidikan dan bimbingan, baik kepada orangtua, penatua, pemuda, remaja, maupun anak-anak. Dalam hal ini, gereja haruslah aktif dalam pengembangan spiritualitas bukan hanya teoritis saja.

Keluarga, sekolah dan gereja bertanggung jawab atas tugas yang tak terpisahkan, yaitu penginjilan dan pendidikan kepada anak. Tugas pelayanan gereja adalah membimbing anak menjadi murid Kristus. Pengajaran agama Kristen meletakkan pengalamannya di masa kini dalam suatu konteks yang akan memberikannya sesuatu untuk diingatnya. Ia akan ingat apa-apa yang akan relevan dan akan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa serta orang-orang dari sejarah masa lampau gereja yang akan menolong dan mendukungnya.                                                                                                                     Hidup menggereja adalah hidup dalam persekutuan iaman, hidup dalam iman yang utuh, satu dan bersekutu.persekutuan iman ini melibatkan umat manusia pada umumnya yang bersatu dalam persekutuan gereja. Kaum muda yang menjadi tiang tengah gereja haeus mampu mengemban misi gereja sebagai pewarta kabar gembira dan pembawa damai.
Dalam komunitas uma basias, kaum muda harus mengambil silkap yang tepat, siap untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan rohani, seperti menjadi anggota mudika, aktif dalam tanggungan liturgy kaum muda yang berkompeten harus bisa menunjangkan komunitas untuk lebih maju.

Kehidupan sehari-hari kaum muda tak pernah lepas dari masalah. Permasalahan itu muncul akibat kecenderungan kaum muda dalm mengutamakan keinginan mereka. Kaum muda enggan dalam menjalankan kegiatannya sesuai norma dan hokum yang berlaku. Kesadaran itu muncul kalau mereka dididik, dibimbing, diarahkan tentang arti hidup dan kehidupan yang sesungguhnya. Kaum muda sangatlah penting bagi gereja karena kaum muda memiliki peranan yang besar bagi masa depan gereja, ide dan daya kerja kaum muda itu yang di buituhkan oleh gereja. Banyak kontribusi kaum muda yang di berikan kepada gereja melalui pikiran, talenta dan banyak hal lagi kontribusi yang di berikan kaum muda untuk gereja, jadi kaum muda sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan gereja.

2.      SARAN    

Penulis memberi saran agar gereja mampu membimbing kaum muda remaja melalui pembinaan warga gereja, dan gereja harus memiliki perhatian untuk generasi kedepan yaitu  baik sekolah minggu maupun kaum muda. Karena mereka adalah masa depan gereja, dan merekalah yang banyak berperan dalam gereja, jangan samapai gereja kehilangan kaum muda karena jika gereja kehilangan kaum muda maka gereja akan kehilanganb masa depan.

 

 

Daftar Pustaka

Keeley Robert J. Menjadikan anak-anak kita bertumbuh Dalam Iman ( Founding Member CBA Indonesia. 2009.

Surjantoro Bagus. Hakekat Gereja. Obor Mitra Indonesia. 2003.

Singgih Emanuel Gerrit. Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Yogyakarta:Kanisius, 2002.

Sumiyatiningsih,  Dien. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta:Andi,2009)

Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)147.

Ayub Yahya, Menjadi Guru Sekolah Minggu Yang Efektif . Yogyakarta : FootPrints, 2011

Thomas H. Groome, Christian Religious Education: Sharing our Story and Vision. San Francisco, Harper & Row, 1980.


Posting Komentar

0 Komentar