Konsep Logos Menurut Orang Yunani
Kata Logos berasal dari bahasa Yunani yang diartikan
menaksir, menghintung, rasio, menjelaskan, argumen, peraturan, naratif,
penjelasan, khotbah, frasa, berbicara tentang, kata, kalimat, perkataan Tuhan
atau wahyu atau firman.
Pada masa Graeco-Imperium Roma Logos adalah
terminologi yang umum dalam filsafat Yunani yaitu Pertama, menunjukkan
kepada ide, konsep, tujuan, program dan pikiran. Kedua, kata Logos
secara filosofi menunjukkan kepada tindakan Allah, penciptaan Allah, aktivitas
Allah, Wujud Allah dan manifestasi Allah.
Dalam pandanganYunani, Logos terdiri dari
dua pengertian yaitu Logos Prophorikos dikomunikasi baik dalam kata dan tulisan
dari seseorang, sedangkan Logos Endhiathetos kata yang tidak
dikatakan atau ditulis, namun hanya dalam pikiran atau nalar yang
berhubungan dengan rasio, dengan kata lain Logos adalah buah
pikiran. Ini adalah bentuk umum dalam filosofi
Yunani, sebagaimana Philo secara panjang lebar menuliskannya dalam
bentuk penafsiran alegori.
Berkaitan dengan pandangan tersebut diatas maka
sebenarnya lahirnya Logos telah ada dalam pemikiran seorang ahli filsafat yang
bernama Heraclitus (540-475 sM). pandangan filsafatnya tentang
menjadi (becoming), atau istilah segalanya
mengalir. Tidak ada yang kenyataannya yang tetap dan
statis, melainkan terus-menerus berubah dan dinamis sifatnya. Semuanya
mengalir dan tidak ada satu pun yang tinggal menetap, semua waktu
perubahan dan aliran itu diatur mengikuti pola yang terus-menerus sepanjang
Semua yang mengendalikan itu adalah Logos atau nalar atau
pikiran. Dan siapa yang dapat mengetahuinya adalah orang yang pandai
dan cerdik Mempunyai pengetahuan yang dalam adalah kesenangan yang
besar. Hidup berpikir adalah pangkau kesenangan.
Jadi menurutnya Logos yang ada di dalam diri
manusialah yang memberi nalar pengetahuan tentang kebenaran dan kemampuan untuk
membedakan hal yang benar dan salah, dan Logos adalah hakim
kebenaran dalam diri setiap manusia. Epikuros dan Kaum Stoa pikir dalam
filsuf Yunani yang bertanya jawab dengan Paulus. Menurut mereka
Logos sebagai rasio dunia yang kreatif yang sejajar dengan
Allah, Zeus dan alam, kesejajaran itu disebut panteisme
yakni pandangan bahwa Allah dan allah merupakan kenyataan yang satu dan sama
dan juga pokok dari rasional jiwa manusia.
Menurut mereka pula segala sesuatu dikendalikan
Logos Allah. Mereka membayangkan Logos adalah api sorgawi sebagai
sumber mula-mula dari segala sesuatu. Apa yang dikatakan oleh Heraclitus
diikuti oleh mereka dimana api itu sebagai Logos spermatikos(akal budi atau
pikiran) kekuatan - kekuatan yang menguasai siklus penciptaan dalam alam.
Sehingga mereka beranggapan Logos adalah jiwa dunia. Filsuf Yunani
lainnya adalah Anaxagoras murid Aristoteles, dalam pikirannya Allah
dibayangkan sebagai transenden bukan imanen(di dalam segala sesuatu) karena
itu menurut mereka pula segala sesuatu dikendalikan Logos Allah. Pandangan
Yunani memang selalu bertumpu pada ajaran Gnostik dimana pribadi unik yang
hakiki adalah Theos yang terpisah dari segala sesuatu, tidak
diciptakan dan tidak menciptakan apapun. Theos ini suatu kemuliaan
yang tidak terjangkau(transeden) sedangkan Demiurge adalah Tuhan
yang lebih rendah dari Theos, yang dari kegelapan melahirkan
hikmat(Sophia), ibu dari semua Archon yang berjumlah 356 banyaknya.
Di antara Theos dan dunia terdapat banyak Archon seperti
Logos, Nous, Zoe, Tophos, Antropos
Kosmos dan Sarks yang terendah. Mereka menyatu dalam materi yang
dianggap jahat oleh kelompok ini.
Pada akhirnya tidak berbeda dengan guru-guru para
filsuf Yunani yaitu Plato dan Aristoteles yang secara material dari
ide"baik' dalam pikiran mereka bahwa Allah dipahami hanya
sebagai pikiran murni yang terpisah dari kekekalan. Logos ditandai
dengan dua perbedaan utama yaitu pertama berurusan dengan akal
manusia(rasionalitas dalam pikiran manusia yang berusaha untuk mencapai
pemahaman universal dan harmoni), yang kedua dengan kecerdasan
universal yang merupakan kuasa melalui hukum yang mengatur semua
benda, musim, bintang dan keteraturan tatanannya.
Sumber:
Gordon H. Clark, The Johannine Logos: the Mind of
Christ (Maryland: The Trinity Foundation, 1972), 14.
Chris Marantika, Kristologi
(Yogyakarta: Iman Press, 2008), 9.
Adam Kamesar, The
Cambridge Companion to Philo (Cambridge: Cambridge University Pres, 2009),
164-65.
Donald Gutrie, Teologi
Perjanjian Baru, 3 Jil (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), Jil. 1, bag.,
Allah, Manusia, Kristus pen. Jan. S. Aritonang dan kawan-kawan, 364.
Wiliam Barclay, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari: Injil Yohanes Pasal 1-7 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1983) 58-59.
0 Komentar