"Orang yang benar-benar ingin mengenal Tuhan harus menyediakan waktu untuk Dia" ~A.W. Tozer
Jika ditanyakan, khususnya pada orang² Kristen di Indonesia, apakah mereka ingin mengenal Tuhan. Saya yakin jawabannya sebagian besar sudah pasti 'ya'. Tetapi atas hal lain saya juga yakin. Yaitu bahwa jawaban tersebut bukan merupakan jawaban dari hati yang sungguh² rindu mengenal Kristus. Mengapa demikian? Karena mereka yang mau sungguh² mengenal Tuhan memang harus menyediakan waktu untuk 'bergaul' dengan Dia. Persis seperti yang dikatakan Tozer di atas. Dan sayangnya, tidak banyak saya melihat anak-anak Tuhan di Indonesia senang menghabiskan waktu dengan Tuhan.
Sebenarnya ini merupakan suatu pemikiran logis yang sederhana. Bahkan sangat umum mengenai bagaimana suatu hubungan yang baik bahkan kuat itu dapat dibangun.
Sepasang kekasih melewatkan waktu bahkan bertahun-tahun berpacaran untuk saling mengenal satu sama lain makin hari makin dekat. Suami atau istri harus menyediakan diri, waktu, telinga bahkan mengorbankan perasaan melalui berbagai sesi² komunikasi untuk mempertahankan dan meningkatkan keintiman dalam perkawinan mereka. Orang tua yang ingin mengenal anak²nya harus meluangkan waktu untuk mengajar sekaligus mendengar dari putra-putri supaya tercipta suatu hubungan yang baik, kondusif dan produktif dalam keluarga. Hanya pemimlin yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan rakyatnya yang akan dapat mulai memahami satu sama lain. Komunikasi yang sehat dan lancar adalah cara untuk saling memahami masing² pribadi yang ingin berhubungan lebih jauh. Tanpa itu, tidak ada saling mengenal apalagi saling mengerti dan saling percaya.
Dan komunikasi membutuhkan waktu.
Kerinduan kita untuk mengenal Tuhan nyata dari seberapa kita menghabiskan waktu untuk mengenal Dia dengan bersama-sama Dia. Mustahil kita dapat mengenal Tuhan jika kita pada satu sisi mengaku ingin mengenal Dia namun kita menghabiskan waktu untuk hal² yang lain atau bersama siapapun yang lain. Dengan apa atau siapa kita menggunakan sebagian besar waktu kita, yaitu dengan apa atau siapa kita bergaul, menentukan siapa yang akan kita kenal lebih jauh. Saat menggunakan waktu kita menonton tv, film dan hiburan lainnya maka kita akan tahu banyak tentang itu semua. Bila kita menghabiskan waktu dengan teman² kita maka kita akan makin banyak tahu mengenai karakter mereka. Atau ketika kita menghabiskan waktu dalam pekerjaan atau profesi kita maka hampir dapat dipastikan kita semakin paham segala sesuatu tentang pekerjaan itu. Masalahnya, jika kita ingin mengenal Tuhan lebih dekat dan lebih intim lagi APAKAH KITA TELAH CUKUP MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA DIA? APAKAH KITA BANYAK KALI MEMIKIRKAN DIA DAN PRIBADI-NYA? SEBERAPAKAH KITA TELAH MELUANGKAN WAKTU UNTUK BERDOA, MERENUNG DAN MENELITI FIRMAN-NYA DI HADAPAN HADIRAT-NYA DEMI MENGETAHUI PIKIRAN DAN HATI-NYA?
Ketidakrelaan kita meluangkan waktu dengan Tuhan merupakan pertanda bahwa kita tidak pernah bersungguh-sungguh ingin mengenal Dia. Mungkin Anda dan banyak lagi yang lainnya tidak setuju dengan ini. Dengan beralasan bahwa Anda tidak cukup waktu untuk belajar hal² rohani. Atau berdalih bahwa itu merupakan tugas pekerjaan para pendeta atau rohaniwan yang memang berkecimpung mendalami perkara² rohani. Itu semua hanya alasan kosong belaka untuk menutupi hati yang tidak pernah benar² rindu menjalin keintiman dengan Tuhan.
Benarkah kita tidak memiliki waktu? Benarkah baru ada waktu kalau kita menjadi hamba Tuhan atau bergelut di dunia kerohanian? Benarkah kita tidak memiliki kesempatan selama hari-hari kita untuk berduaan dengan Allah? Benarkah waktu kita sangat sedikit sehingga hanya sanggup DUA ATAU SATU JAM SAJA memberikan waktu bagi Tuhan di kebaktian seminggu sekali itu? Apakah dengan waktu yang sedemikian singkat satu atau tiga kali seminggu KITA AKAN MENGENAL DIA LEBIH DAN LEBIH LAGI?
Mereka yang berkata tidak punya banyak waktu bagi Tuhan telah bersikap tidak jujur. Atau setidaknya mereka tak memiliki alasan yang mendasar atas ketiadaan waktu mereka bagi Tuhan. Fakta Alkitab maupun kenyataan sehari-hari menunjukkan kondisi yang sebaliknya.
Daud hampir² tidak pernah kehilangan momen dengan Tuhannya. Selagi ia masih belia di padang rumput Betlehem yang jauh sampai di gua² pelariannya hingga hari-hari sibuknya mengurus pemerintahan di Yerusalem.
Begitu pula dengan Daniel. Sebagai Perdana Menteri suatu kerajaan besar di zamannya dan orang kepercayaan raja, siapakah yang meragukan kesibukannya? Tapi semua orang mengenalnya sebagai orang yang rajin menyembah dan beribadah di hadapan Tuhan, yang tak pernah lalai menghadap Allahnya tiga kali sehari. Penglihatan dan penafsiran mimpi² yang rumit telah menjadi bagian hidupnya, menunjukkan bagaimana kedalam hubungannya dengan Tuhan. Bahkan kepadanya pula diberikan rahasia² akhir zaman yang tidak Tuhan karuniakan kepada banyak orang.
Dan begitu pula dengan rasul² yang melayani jemaat yang ribuan itu. Di saat mereka tak memiliki waktu lagi untuk bersama² dengan Tuhan, merekapun mempercayakan tugas mereka pada para diaken supaya dapat menghabiskan waktu dalam firman dan doa (Kis. 6:3-4).
Tidak ada yang namanya waktu yang kurang, kesempatan yang terbatas atau tidak ada tempo untuk mengenal Tuhan. Yang ada ialah hati yang acuh tak acuh akan Tuhan. Hati yang terpikat dengan perkara² lainnya. Hati yang menginginkan sesuatu yang lain daripada Tuhan. Kerinduan untuk mengenal pribadi² lain dan mengerjakan hal² lain ketimbang bersekutu dalam Roh dengan Tuhan. Suatu semangat untuk mengejar apa yang tampaknya menyenangkan, menguntungkan dan membahagiakan manusia duniawi kita daripada manusia roh kita.
Dan tidakkah iblis tahu akan hal ini? Bukankah makhluk jahat itu yang merancang dan membangun berbagai sistem atas dunia ini dimana manusia ditarik begitu rupa untuk mengingat, memperhatikan, mendambakan, menginginkan dan mengejar apapun di dunia ini selain Tuhan? Tidakkah suatu realita jika mereka yang mengaku tidak punya waktu bagi Tuhan ternyata memiliki waktu untuk bekerja siang malam atau sebaliknya yaitu bersenang-senang dan bersantai di pusat² perbelanjaan? Dan bukankah selalu ada waktu hingga beberapa jam sehari untuk menonton hiburan di TV dan bioskop atau berkomunikasi melalui berbagai sarana dan media sosial? Berapa banyakkah waktu yang sering disediakan bagi hobby atau bercengkerama dengan teman² pergaulan kita? Dan tidakkah permainan dan pergaulan online telah menyita waktu dan mengalihkan perhatian anak² muda dari pencarian dan perenungan akan yang ilahi dan yang kekal?
Kita memiliki 24 jam sehari yang diberikan Tuhan bagi kita. Seberapakah yang kita sediakan bagi Dia yang memberikan waktu-waktu kehidupan bagi kita?
Berkomunikasi dengan Tuhan ialah meluangkan waktu bersama-sama dengan Dia.
Dalam kesunyian. Dalam perenungan. Dalam doa. Dalam keheningan batin maupun dengan permohonan doa yang bersuara. Dalam penyembahan yang syahdu atau nyanyian nyaring dari dasar jiwa kita, dimana seluruh eksistensi kita terarah pada Tuhan. Dalam merenungi dan menghubung-hubungkan peristiwa² di hidup kita dengan kebenaran² firman-Nya. Memohon hikmat-Nya menuntun kita supaya jalan hidup kita selalu berada di jalan yang benar dan mengarah pada kehidupan hingga kekal nanti. Dalam kejujuran komunikasi dan kerinduan membara untuk mengenal Tuhan (Fil. 3:10) dari lubuk hati yang terdalam.
Membaca Alkitab dan bersaat teduh adalah baik. Datang beribadah ke gereja pun baik. Begitu pula dengan mencari dan menyimak materi² rohani melalui media sosial seperti Facebook, bbm, twitter, instagram, YouTube dsb. Meluangkan waktu dengan hal² yang berhubungan perkara² rohani adalah baik. Hanya saja kita tidak boleh melakukannya sambil lalu. Karena kewajiban dan rutinitas rohaniah semata. Sebab, bukan mengetahui dan mwngumpukan informasi tentang seseorang kita benar-benar akan mengenalnya.
Kita perlu menghabiskan waktu secara pribadi dengan Tuhan jika ingin benar² mengenal Dia. Kita semestinya menyendiri di hadirat-Nya. Berbicara berdua dengan-Nya. Mendengarkan yang disampaikan-Nya SECARA PRIBADI yang dinyatakan oleh Roh-Nya yang berdiam di dalam roh kita. Dari situlah kita dimampukan menyelami hati dan pikiran Tuhan yang dinyatakan di hati dan pikiran kita yang terbuka dan menanti-nantikan Dia. Seperti waktu-waktu yang dipergunakan Maria yang duduk di bawah kaki Tuhan -itulah kerelaan untuk merendahkan diri dan belajar dari Sang Guru Agung, kita akan diajar dan ditunjukkan jalan² kebenaran sejati bahkan pengenalan yang benar akan Dia.
Janganlah ada di antara kita yang mengaku ingin mengenal Tuhan jika kita tidak memiliki waktu bagi Dia.
Tapi berbahagialah orang yang mengorbankan waktunya demi pengalaman pribadi dan mendalam dengan Tuhan. Ia akan menjadi sahabat dan kekasih Tuhan sendiri.
"Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati" ~Yeremia 29:12-13
"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.
Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.
TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku; ratakanlah jalan-Mu di depanku" ~Mazmur 5:4, 8-9
"Saya percaya bahwa berbagai hiburan dan kesenangan adalah pekerjaan Musuh untuk membuat mereka yang sekarat tidak menyadari bahwa mereka akan binasa; dan untuk membuat mereka tidak mengingat bahwa musuh² Tuhan adalah musuh-musuh yang sesungguhnya" ~A.W. Tozer
"Berjuta-juta orang menyebut diri mereka sebagai pengikut Tuhan, yang mana ini benar, dan mereka pun menaikkan semacam penyembahan kepada Dia. Tetapi suatu tes sederhana akan menunjukkan betapa sedikitnya Dia dihormati di antara orang² itu.
Biarlah orang yang biasa² itu diuji dengan pertanyaan akan siapa dan apa yang ada di urutan teratas di hidup mereka, maka posisinya yang sesungguhnya akan nampak. Biarlah ia didesak untuk membuat pilihan antara Tuhan atau uang, antara Tuhan atau manusia-manusia lainnya, antara Tuhan atau ambisi pribadi, antara Tuhan dengan dirinya, Tuhan dengan cinta manusia dan… Tuhan akan selalu berada di urutan kedua setiap kalinya. Sedangkan hal² yang lainnya selalu ada di peringkat atas. Bagaimanapun orang memprotesnya, bukti ada pada pilihan yang ia buat hari demi hari sepanjang kehidupannya" ~A.W. Tozer, The Pursuit of God
0 Komentar